04 Februari 2009

Rindu Penanya



Kau tinju bulan
Kau patahi bintang
Kau injak matahari


Langkah pasti dan terarah kau ayunkan
Di tengah intaian mata sinis memandangmu
Wajah murni kau tebarkan
Nuansanya memenuhi ruang padat bumi
Yang tak indah lagi termakan usia


Seribu dua ratus tiga belas kaki kau siapkan
Yang siap untuk membelah samudera dan melintasi pegunungan
Bahkan lebih dari kaki-kaki pucat lain kau relakan
Menapaki stalgmit kebobrokan


Kadang kau pandangi mega merah dari belakang tirai kusammu
Mega merah yang dahulu indah kini tampak pucat pasi
Memandang kantong tipismu


Dahulu burung-burung sore mengantarkanmu
Memandang senja di balik sana
Kini burung-burung itu pergi entah ke mana
Meninggalkan rumah-rumah mungilnya di balik bebukitan


Kadang kau bertanya, ke mana kaki-kaki perkasa yang telah kau siapkan
dengan hempasan dahaga, dengan cucuran air mata,
dengan isak tangis dan rasa cinta


Bahkan kau rela masa usiamu berjala merangkak, terjatuh,
berdiri dan terbaring, terpental jauh melewati asa keceriaanmu
Tapi kulihat kau tetap tersenyum...
Dan matamu masih menyiratkan harapan


Kata-katamu selalu memunculkan bias cita dan kemauan
Dan kini, kulihat usiamu tak lagi muda
Kulit tubuhmu yang dahulu kencang tak lagi ada
Langkah-langkahmu yang biasa terhentak tak lagi bersuara
Kata-katamu yang dahulu membahana, lambat laun tergilas oleh masa
Kantong-kantong tipismu tak ada beda


Satu hal yang tersisa sepanjang masa
KAU GURU BERJASA
-Herwin-